Enter Your Slogan Here: Lorem Ipsum Semblar un Simplificat Quam un Skeptic!

Rabu, 18 Mei 2011

Jika Linux hanya di Android

Jika Linux "hanya" Android...

Android telah membuat Linux dan Open Source menjadi sangat "manusiawi" dan "nyaman" digunakan. Pengguna Android merasakan Linux yang ada di hp (handphone/smartphone) atau tablet-nya itu bukan barang aneh. Lalu mengapa Linux selain Android tidak/belum bisa seperti Android?

Penyebab pertama Android mudah diterima pengguna hp dan tablet (Android-Pad) adalah karena Android menggabungkan Linux dan program-programnya dengan perangkat keras hp dan tablet dalam satu paket perakitan dan penjualan. Itu tidak/belum terjadi dengan umumnya sistem operasi Linux non Android. Umumnya Linux masih dikembangkan secara "mandiri" atau terpisah dengan perakitan komputer. Selain Android, hanya beberapa Linux yang sukses dalam penjualan karena berhasil memaket dengan perakitan dan penjualan hardware ini, salah satu contohnya Linux RedHat yang dipaket dalam penjualan server. Kita masih menunggu Linux Meego yang sedang ditinggal induknya - Nokia. Kita juga masih menunggu BlankOn versi selanjutnya. :-)

Penyebab kedua Android mudah diterima pengguna adalah keberhasilan memenuhi kebutuhan pengguna hp yang tidak seluas kebutuhan pengguna komputer. Padahal kita tahu komputer itu sangat luas penggunaannya dan selama ini hanya berisi program proprietary, mulai dari office hanya MS Office, grafis hanya Photoshop dan Coreldraw, pengolah data hanya SPSS, pemrograman hanya VB, main game online hanya tersedia untuk Windows, dsb.

Penyebab ketiga, pengguna hp sudah terbiasa dengan perubahan menu dan tampilan. Pengguna hp tidak merasa aneh ketika berpindah dari satu merek ke merek hp yang lain, meskipun perlu belajar atau menyesuaikan diri. Ini tidak terjadi dengan umumnya pengguna komputer yang tidak biasa dengan perubahan sistem operasi, tahunya komputer itu hanya Windows dan maunya hanya pakai Windows. :-)

Jadi, "nasib" Linux di komputer akan sangat berbeda jika Linux "hanya" Android. Artinya:
  • Linux dipaket dalam perakitan dan penjualan komputer desktop, netbootk, notebook, dan server.
  • Pengguna komputer mau pakai office selain MS Office, pengolah foto selain Photoshop, penggambar selain CorelDraw, pemrograman selain VB, game online yang tersedia di Linux, dan lain-lain.
  • Pengguna komputer menyadari bahwa berganti menu dan tampilan desktop itu hal biasa, seperti berganti merek hp saja.

NB: Nama-nama program yang saya sebut itu hanya contoh, masih banyak program sejenis atau program untuk penggunaan lain yang telah menjadi "ketergantungan" pengguna komputer tapi hanya tersedia untuk Windows.
Leia Mais

7 Cara Menangani Masalah Hardware di Linux

Saat ini banyak hardware yang sudah bisa terdeteksi dengan baik di Linux, bahkan dalam banyak hal kita tidak perlu menginstal driver lagi karena semuanya sudah serba plug n’ play. Namun terkadang, kita juga tidak bisa menolak kenyataan adanya hardware yang tidak bekerja dengan baik di Linux. Berikut ini beberapa tips untuk mengatasi masalah hardware dan membuatnya bekerja dengan baik di Linux :
  1. Jangan pergunakan hardware yang sudah sangat lama ataupun hardware yang paling baru
    Hardware yang sudah berumur, selain cenderung untuk segera berakhir masa pakainya juga terkadang tidak lagi disupport oleh distro terkini. Hal ini sepertinya juga terjadi di Windows 7 yang ternyata gagal mengenali harddisk tipe lama sekalipun 3D OS masih sanggup mengenalinya (lihat “Perbandingan Kompatibilitas Hardware dan Software di Windows 7 dan 3D OS“).
    Hardware yang paling baru sebaiknya juga dihindari mengingat kemungkinan belum tersedia drivernya. Sekalipun hal ini sudah bukan menjadi masalah besar – mengingat semakin banyak perusahaan hardware yang mulai mendukung Linux – namun ada baiknya untuk dipertimbangkan juga. Cobalah untuk menghindari hardware yang diluncurkan dalam kurun waktu enam bulan dari bulan terakhir peluncuran distro Linux yang dipergunakan.
  2. Periksa dukungan driver
    Pernah melihat dukungan driver untuk Linux di hardware yang Anda beli … ? Rasanya hal ini jarang ditemui … namun jika diperhatikan, ternyata sudah ada beberapa hardware yang menuliskan dukungan driver untuk Linux di kotak hardwarenya (terutama printer laser dari Lexmark, Samsung, Canon). Sebelum membeli, periksalah apakah hardware tersebut menyediakan driver untuk Linux atau Mac. Jika Mac disupport, kemungkinan besar hardware itu juga akan bisa dipergunakan di Linux. Hal ini terutama sekali berlaku pada sebagian besar produk printer mengingat driver CUPS yang dipergunakan di Linux dikembangkan oleh Apple.
  3. Jika perlu pergunakan driver proprietary
    Driver yang dikembangkan langsung oleh vendor hardware … biasanya bekerja jauh lebih baik dibandingkan driver dari pengembang open source. Kartu grafis NVidia adalah salah satu contohnya. Betul, pengembang Linux sudah menyediakan driver untuk kartu grafis Nvidia, tetapi driver-driver ini tidak memaksimalkan kinerja hardware yang ada. Jadi jika memungkinkan, cek ketersediaan driver hardware di situs vendor hardwarenya dan pergunakanlah. Bagaimana jikta situs vendor hardware tidak menyediakan drivernya … mintalah dan (semoga) kamu akan menerimanya … Ya. Jangan segan-segan untuk meminta driver pada vendor hardware, karena merekahlah yang seharusnya bertanggung jawab atas ketersediaan driver hardware .. bukan para pengembang Linux.
  4. Pelajari file log hardware
    Ada banyak file log / catatan atas suatu hardware. File log yang perlu diketahui biasanya disimpam di folder /var/log, seperti :
    * Xorg.0.log — untuk masalah tampilan
    * cups/error_log — untuk masalah printer
    * messages — untuk masalah hotplug
    * syslog — catatan yang terjadi di sistem
  5. Coba install jika Live DVD gagal mendeteksi
    Tes hardware dari Live DVD tidak memberikan jaminan keberhasilan. Terkadang hardware tidak terdeteksi di Live DVD namun bisa dipergunakan dengan baik setelah Live DVD diinstal ke harddisk. Dalam beberapa hal, instalasi penuh akan memberikan lebih banyak dukungan pada suatu hardware. Ini terutama sekali berlaku ketika driver proprietary diperlukan.
  6. Hapus file xorg.conf
    Jika sesuatu terjadi pada tampilan desktop dan satu-satunya cara untuk bisa login adalah melalui terminal, buatlah backup dari file xorg.conf dan kemudian hapus file aslinya. Setelah melakukan ini, restart X (atau reboot PC), dan layar desktop seharusnya muncul kembali.
  7. Coba hardware di komputer atau OS lain
    Jika Anda sudah cukup frustasi dengan tidak bekerjanya suatu hardware, cobalah menggunakan OS lain. Anda bisa mengujinya baik di sistem Linux lainnya, di Windows ataupun di Macintosh. Dan jika hal ini juga tidak membawa hasil yang memuaskan … sekali lagi, mintalah dan (semoga) kamu akan menerimanya … Ya. Jangan pernah segan-segan untuk terus meminta driver pada vendor hardware, karena merekalah yang 100% bertanggung jawab atas ketersediaan driver hardware .. jangan dibebankan pada para pengembang Linux.
Leia Mais

Rabu, 04 Mei 2011

Masih amatir .. dosa-dosa TIK

Dosa-dosa TIK oleh (sebagian) Bangsa Indonesia... Sebuah Introspeksi...

Mengapa bangsa Indonesia sering ditimpa bencana atau musibah? Di bawah ini hanya tiga dari banyak kemungkinan penyebabnya. NB: "dosa-dosa" merupakan kata pengganti untuk perbuatan aniaya atau yang merugikan orang lain.
  1. Mengaku punya Tuhan, tapi mendurhakainya. Tuhan yang Maha Adil melarang manusia mengambil hak orang lain secara tidak adil. Tapi, banyak manusia melawan pedoman itu, misalnya mengambil hak cipta orang lain di bidang software, khususnya yang "berpemilik" atau proprietary.
  2. Membuat aturan, tapi melanggarnya. Pemerintah bersama DPR telah menetapkan UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Tapi, berapa juta orang yang melanggar UU ini?
  3. Membuat janji, tapi mengingkarinya. Betapa banyak (meskipun tidak semuanya) pejabat pemerintah dan anggota DPR/DPRD yang telah berjanji/bersumpah saat diangkat dalam jabatannya, tapi tidak menepatinya. Padahal, semua pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa saja yang dipimpinnya, termasuk memastikan semua software di kantornya harus legal. Pemimpin yang baik pasti tidak memboroskan uang rakyat dengan membeli software yang mahal, sementara banyak rakyatnya menderita kemiskinan dan kebodohan, bahkan ada yang mati karena kelaparan (kurang gizi).

Saya yakin banyak di antara kita yang menyadari "dosa-dosa" itu, dan melakukan sesuatu untuk memperbaikinya, meskipun kecil. Misalnya kita lebih memilih Linux dan FOSS (Free/Open Source Software) daripada menggunakan software proprietary. Bahkan telah banyak pula saudara kita yang berkarya tanpa mengharap imbalan harta semata, apalagi tahta, seperti para pengembang (urut abjad) BlankOn, Cimande, DSP (Daun Salam), eNdonesia, IGN, KG (Guyub), Nawala, Senayan, Simpin, Sisfokampus, Sisfokol, Voip Rakyat, Zencafe, dan lain sebagainya. Akan sangat panjang kalau semua karya anak negeri saya tulis di sini.

Jika Anda mau memahami tulisan ini, saya lebih yakin lagi "dosa-dosa" itu segera menjadi masa lalu kita. Karena saya dan Anda adalah bagian dari bangsa Indonesia, yang berketuhanan Yang Maha Esa, yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab, yang bersatu, yang demokratis, sehingga menjadi bangsa yang seluruh rakyatnya bisa menikmati keadilan sosial dan kesejahteraan hidup di dunia hingga akhirat.

Apa buktinya kita faham dan sadar? Mulai sekarang juga, meskipun dari yang sederhana, kita pakai Linux/FOSS dalam segenap sendi kehidupan TIK kita. Jika ada yang belum mampu karena sangat terpaksa, misalnya jiwa kita terancam kalau tidak menggunakan software proprietary tertentu, hati kita tetap membenci "dosa-dosa" itu. Merdeka! :-)

oleh : Rusmanto Maryanto
Leia Mais